A.
Sejarah Pra Islam Di Asia Tenggara Dan Proses Islamisasi
Masyarakat
(nenek moyang) orang Melayu datang ke wilayah Asia Tenggara menurut para ahli
sejarah digolongkan kepada :
1.
Proto melayu (melayu pertama atau melayu tua) datang lebih awal sekitar 3000 –
2500 SM. Mereka umumnya generasi yang masih mempertahankan paham animisme dan
dinamisme.
2.
Deutro melayu (melayu gelombang kedua atau melayu muda), mereka datang dari
dataran Asia menuju ke berbagai penjuru Asia Tenggara dimulai kira-kira 300 -
250 SM. Sehingga ketika datang dan berbaur dengan suku-suku lain di wilayah
yang baru dihuni suku terakhir ini mudah menyesuaikan diri dengan kebudayaan
baru yang berkembang saat itu, termasuk ketika kedatangan penyebar agama Hindu,
Buddha, dan Islam.
Perkembangan
agama Buddha pesat ketika dimotori oleh lahirnya kerajaan Melayu terbesar yaitu
Sriwijaya di Sumatra sekitar abad ke-7 – 11M. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha
lewat bahasa Sansekerta ke dalam bahasa dan budaya masyarakat melayu begitu banyak,
karena berlangsung selama 500 tahun. Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa
juga punya andil besar dalam mengembangkan dua agama tersebut (lebih khusus
Hindu), sehingga mampu menyatukan wilayah Nusantra dalam satu kekuasaan. Tidak
heran bila agama Hindu-Buddha berkembang ke sebahagian besar penjuru Nusantara.
Memasuki
abad ke-12 M, kerajaan Sriwijaya mulai surut, bila dilihat dari sudut ekonomi
dan politik. Hal ini diperburuk dengan lahirnya Kerajaan Singosari (di Jawa)
melakukan ekspedisi Pamalayu (1275 M). Keadaan ini mendorong daerah-daerah di
bawah kekuasaan Sriwijaya melepaskan diri dari pusat kekuasaan, sehingga pusat
perdagangan berpindah, yaitu semakin berkembang di perairan Malaka. Pedagang
Cina, India (Gujarat) bahkan Timur Tengah berdatangan untuk mengadakan
transaksi dagang rempah-rempah dan hasil hutan lainnya di wilayah itu,
Van
Leur menegaskan, berdasarkan hasil perjalanan Sulaiman dan Marcopolo,
diperkirakan sejak tahun 674 M ada koloni Aran yang sudah berdagang ke Barat
Laut Sumatera. Meskipun jalinan dagang sudah terjadi jauh setelah Islam lahir,
namun menurut Taufik Abdullah belum ada bukti bahawa penduduk pribumi yang
disinggahi pedagang muslim itu telah memeluk agama Islam, dan kelompok yang
beragama Islam masih dari pedagang muslim pendatang yang menunggu musim
pelayaran tiba.
Abad
ke-13 M, mulai muncul persentuhan antara penduduk Deutro melayu dengan pedagang
muslim Arab, Persia dan India, lalu proses Islamisasi berjalan dengan mulus,
hingga pada akhirnya lahirlah kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera
Pasai di Aceh. Raja pertama kerajaan ini adalah al-Malikul Saleh, sedang
rajanya yang terkenal adalah Sulthan Iskandar Mulia dan Sulthan Iskandar Tsani.
Kerajaan Samudra Pasai mengembangkan kekuasannya sampai ke Semenanjung Malaka,
Pariaman, Tiku dan Palembang, hingga masuk ke pantai Utara Jawa. Pada tahun
1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis hal ini menambah mata rantai penting bagi
pedagang untuk pindah ke wilayah Aceh.
Di
wilayah Jawa memang sudah terjadi proses islamisasi pada aad ke 11 – 12 M,
namun berjalan dengan lambat akibat masih mendominasinya kekuasaan Majapahit.
Hal ini terlihat dari beberapa bukti sejarah, seperti makam Fatimah binti
Maimun di Leran Gersik Jawa Timur.
Pembawa
ajaran Islam ke Wilayah Nusantara adalah terdiri dari para pedagang dan para
sufi. Kemudian mereka berinteraksi dengan penduduk pribumi dalam jangka pendek
(sambil menunggu musim pelayaran) untuk berpindah ke negara asal atau negara
lain. Dalam jangka panjang saudagar yang pernah datang ke nusantara atau yang
belum mulai bermukim bahkan melangsungkan perkahwinan dengan penduduk pribumi.
Dari perkahwinan ini lahir komunitas baru, terutama di pesisir-pesisir pantai.
Anthony
Reid menyebutkan ada beberapa faktor penting yang menyebabkan terjadinya
konversi massal masyarakat melayu kepada Islam pada masa perdagangan, yaitu :
A.
Portabilitas sistem keimanan islam. Sebelum kedatangan Islam, sistem
kepercayaan lokal, yang berpusat pada penyembahan arwah nenek moyang, tidaklah
portable, tidak siap pakai dimana pun, tidak berlaku dalam semua kondisi.
B.
Asosiasi Islam dengan kekayaan. Bisa dipastikan, masyarakat lokal di wilayah
melayu pertama kali bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang di
wilayah pesisir atau pelabuhan. Mereka adalah pedagang-pedagang muslim yang
kaya raya.
Al-attas
merangkum beberapa teori yang diajukan oleh sarjana barat tentang cepatnya
Islam diterima di kawasan asia tenggara, teori-teori itu dapat dirumuskan
sebagai berikut:
(1)
Faktor perdagangan membawa Islam ke kepulauan ini.
(2)
Faktor pedagang-pedagang, pegawai-pegawai yang kawin dengan penduduk lokal
(bukan Islam), faktor ini dipandang lebih mudah terjadinya proses pengislaman
di kalangan masyarakat.
(3)
Faktor permusuhan antara orang-orang Islam dengan Kristen yang mempercepat
penyebaran islam, terutama pada abad ke-15 dan ke-17.
(4)
Faktor politik yang dianggap sebagai motif dan mudahnya penyebaran islam.
(5)
Faktor penghargaan nilai ideologi Islam dianggap lebih rasional bagi
memeluknya.
"Islam
datang" ke Asia Tenggara menurut S.M.N. Al-Attas, Fattimi, Hasyimi, dan
Hamka pada abad ke-7 dan 8 M. "Islam berkembang" abad ke 13 M ke
sebahagian wilayah nusantara. Sedangkan "Islam menjadi kekuatan
politik" memasuki pada abad ke-15 M setelah tumbangnya kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit.
INDONESIA
Masuknya
Islam ke Indonesia, yang menurut sebagian orang diperkirakan pada abad ke-13 M,
telah menandai perubahan besar dalam khazanah kebudayaan di bumi Nusantara.
Agama Islam yang dibawa para imigran Arab juga turut mempengaruhi penggunaan
bahasa dalam pergaulan sehari-hari.
Sejarah
masuknya Islam ke Indonesia terbagi atas lima babak penting yang perlu
diperhatikan secara historikal.
1.
Periode Pertama Abad 7 Masehi.
Menurut
Zainal Arifin, agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi (684 M)
yang dibawa oleh seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut
dari Sumatra Utara. Jadi menurut beliau, Islam sudah masuk pertama kali ke
Indonesia yakni di Sumatra Utara. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan
Hamka, bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M.
2.
Periode kedua, Abad 13 Masehi
Pada
masa ini kerajaan-kerajaan Islam sudah mulai berdiri, seperti Demak yang
merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Selanjutnya kerajaan Majapahit. Pada
masa ini perkembangan Islam semakin meluas hingga ke penjuru tanah jawa dan
menyebar ke pulau-pulau lain, seiring dengan jayanya masa kerajaan Demak dan
Majapahit.
3.
Periode ketiga, Masa kolonial Belanda
Sekitar
abad 17 Masehi, tepatnya tahun 1601, kerajaan Hindia Belanda mulai mendatangi
dan menguasai hampir segenap wilayah Indonesia. Walaupun pada awalnya
kedatangan mereka hanya untuk berdagang.
4.
Periode keempat, Abad 20 M
Sekitar
awal abad 20 Masehi, pemerintahan Hindia Belanda mulai melakukan politik balas
budi yang sebenarnya bagi Belanda merupakan politik untuk mempertahankan
kekuasaannya. Politik balas budi ini memberikan kesempatan dalam pendidikan dan
pekerjaan kepada bangsa Indonesia untuk mensosialisasikan ilmu-ilmu barat yang
jauh dari Al-Quran dan Hadits.
5.
Periode kelima, abad 20 dan 21 Masehi
Lepas
dari penjajahan Belanda, Indonesia kembali terus terkungkung dalam gengaman
penjajah lainnya, yakni pemerintahan Jepang yang meneruskan strategi Belanda.
Pada masa ini, penduduk Indonesia semakin dibatasi ruang geraknya, terutama
kaum muslim.
Setelah
terumusnya Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 yang merupakan konsensus
tertinggi yang menggambarkan keberagaman bangsa Indonesia. Piagam ini memberi
kesempatan bagi para pemeluknya yang termaktub dalam alinia keempat, bahwa
Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
MALAYSIA
Malaysia
negara yang terletak di wilayah Semenanjung Tanah Melayu merupakan pusat
terpenting di Asia Tenggara. Untuk beberapa abad lamanya, negara ini menjadi
jembatan dunia perdagangan. Wilayah yang meliputi satu kawasan di bagian
selatan Semenanjung ini berbatas dengan Singapura.
Islam
merupakan agama resmi Malaysia. Diperkirakan hampir 60.4% masyarakat
mengamalkan Agama Islam; 19% Buddha; 9% Kristen; 6% Hindu; dan 3% konfusianisme
dan agama tradisonal Cina lainnya. Mazhab Syafi'i merupakan salah satu cabang
ajaran utama di Malaysia.
Sekitar
abad ke-14 agama Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh pedagang dari Arab,
Persia, Gujarat, dan Malabar. Di samping itu, ada seorang ulama bernama Sidi
Abdul Aziz dari Jeddah yang mengislamkan pejabat pemerintah Malaka dan kemudian
terbentuklah kerajaan Islam di Malaka dengan raja pertama yaitu Sultan
Permaisuri. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Iskandar Syah dan
penyiar Islam bertambah maju. Sampai sekarang, perkembangan Islam di Malaysia
bertambah maju dan pesat, terbukti dengan banyaknya masjid-masjid yang
dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan-penyelenggaraan jama'ah haji yang
begitu baik.
Dalam
bidang politik pemerintahan, juga terdapat konsepsi dan pemikiran politik yang
dipengaruhi oleh ajaran Al-quran. Sehingga tradisi politik melayu yang berbasis
Hindu-Budha sebelum kedatangan Islam telah digantikan dengan ide-ide yang
diilhami oleh Al-quran dan sumber-sumber sah Islam lainnya.
SINGAPURA
Dalam
perjalanan sejarahnya, dahulu Singapura mempunyai peranan penting dalam
penyebaran Islam di Asia Tenggara. Posisi stategis yang merupakan nilai lebih
Singapura menjadikannya sebagai transit bagi perdagangan dari berbagai kawasan.
Pada sisi lain, selain sebagai transit perdagangan letaknya yang strategis ini
juga telah memungkinkannya menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam.
Singapura
menjadi sebuah Negara Republik yang merdeka setelah melepaskan diri dari
Malaysia pada tanggal 17 Agustus 1965. Saat ini, Singapura merupakan Negara
paling maju diantara Negara-negara tetangganya di kawasan Asia Tenggara. Namun
demikian, Islam relative tidak berkembang di Negara ini, baik bila dibandingkan
dengan sejarah masa lalunya, maupun bila dibandingkan dengan perkembangan Islam
di Negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Sejak
abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam perniagaan wilayah
Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa diantara para pedagang ada yang
menetap, dan menjalin hubungan perkawinan dengan penduduk setempat.
Lama-kelamaan mereka membentuk suatu komunitas tersendiri. Para pedagang
tersebut tidak jarang menjadi guru agama dan imam. Dalam komunitas Muslim ini
juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat tradisional. Pada
umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang kemudian dilanjutkan di
surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800 di kampong Glam dan kawasan Rocor
menjadi pusat pendidikan tradisional. Dalam hal ini, guru-guru dan imam sangat
penting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada masyarakat Muslim
Singapura. Sama dengan Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya, Muslim di
Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi'I dan berpaham teologi
Asy'ariyah.
Pada
abad-19 di kalangan komunitas muslim Singapura juga terdapat kelompok pendatang
yang berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau, dan Bawean serta kelompok
Imigran yang berasal dari luar seperti muslim India, dan keturunan Arab
khususnya Hadramaut.
Kedatangan
imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan
Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di Selat Melaka. Pada
abad ke-19 hal ini telah menjadikan kota Singapura selain sebagai sentral
ekonomi juga menjadikan Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat
perdagangan juga sebagai pusat informasi dan dakwah Islam.
BRUNEI
Brunei
Darusslam adalah wilayah yang terletak di Barat Daya Pulau Borneo (Sabah).
Brunei merdeka dari jajahan Inggeris tanggal 1 Januari 1984.
Filosofi
politik Brunei adalah penerapan yang begitu ketat terhadap Melayu Islam Beraja
(MIB) yang terdiri dari dua dasar yaitu Islam sebagai Guiding Principle dan
Islam sebagai Form of Fortification. Dari dua dasar ini kemudian muncul
penanaman nilai-nilai keislaman kenegaraan dengan tiga konsep. Yaitu :
1.
Mengekalkan Negara melayu.
2.
Mengekalkan Negara Islam.
3.
Mengekalkan Negara beraja.
Berkaitan
dengan masuknya Islam pertama, dapat diketahui berdasarkan bukti sejarah
Brunei, yaitu batu di perkuburan Islam Rangas, Tutong Bandar Sri Begawan
bertuliskan Cina bernama P'kung Chih-Mu meninggal 1264 M, ia adalah orang Cina
yang masuk Islam.
Untuk
menunjukkan identitas ideologi negara, sultan dalam beberapa kesempatan
mengeluarkan dekrit yang isinya:
1.
Membuat garis pemisah antara Islam pribumi dan Islam luar, terutama kaum
fundamentalis, termasuk gerakan Al-Arqam dari Malaysia.
2.
Sultan mengharuskan warga Melayu mampu membaca al-quran dengan mengeluarkan
dana 2 juta dolar Brunei untuk merealisasikan kebijakan ini.
3.
Memerintahkan pentingnya pengajaran bahasa Melayu dalam aksara jawi, agar
masyarakat memahami hubungan antara bahasa melayu dengan warisan budaya
Islamnya.
4.
Tahun 1991 didirikan tabungan Amanah Islam Brunei (TAIB). Lembaga keuangan yang
didasarkan syariat Islam guna mendukung investasi dan perdagangan meliputi
bursa dan pasar uang serta pembangunan ekonomi atau industri di dalam dan luar
negeri.
5.
Pemerintah juga melarang jual beli minuman keras di toko-toko atau hotel, dan
tempat lain.
THAILAND
Dari
sisi sejarah, berkembangnya Islam di Thailand sudah sejak abad ke-12 M yang
berakar dari kesultanan Pattani. Masyarakat Melayu-Muslim Pattani hingga
sekarang tinggal di empat provinsi di Thailand bagian Selatan, yaitu Pattani,
Yalla, Naratiwat, dan Setul. Sebagian muslim lain juga mendiami Provinsi
Songkla. Seluruh provinsi yang mayoritas muslim ini dulunya adalah termasuk
wilayah Kesultanan Pattani abad ke-17 dan 18.
Dalam
realitas kultural, ketika proses integrasi berlangsung, umumnya masyarakat
muslim Pattani lebih suka bergabung dengan Malaysia. Hidup di bawah
pemerintahan Muangthai yang agama negaranya adalah agama Buddha, mereka merasa
diperlakukan tidak adil sebagai kelompok minoritas. Ketika pemerintah Thai
mencopot kaum bangsawan Pattani dari kekuasaannya pada jabatan-jabatan penting
di wilayah provinsi yang mayoritas muslim itu, dan menggantikannya dengan
birokrat dari Bangkok atau provinsi Bagian Utara. Disamping itu, proses
asimilasi dan akulturasi yang dipaksakan oleh Pemerintah Thai kepada Muslim
Pattani dianggap oleh masyarakat muslim dalam rangka langkah strategis
mengeliminasi budaya melayu yang identik Islam melekat bagi penduduknya.
Pada
tahun 1950-an pemerintah membuat kebijakan baru dalam menindaklanjuti proses
integrasi. Bidang pendidikan, pemerintah thai mengintervensi dalam pengaturan
pondok pesantren tidak dapat dielakkan. Program perbaikan pondok dimulai dengan
menawarkan bantuan keuangan. Tahun 1961-1966 di Pattani Raya terdapat 287 dari
keseluruhan 486 pondok Pesantren ikut berpartisipasi dalam program ini. Namun
para ulama pimpinan pondok mau mendaftarkan hanya sebatas mengharapkan bantuan.
Dengan persyaratan mengubah kurikulum sesuai dengan pendidikan nasional,
akhirnya para ulama menolak. Penolakan itu mengakibatkan pemerintah Thai
mengancam kepada ulama dengan melarang menyelenggarakan pendidikan di pondok
pesantren, karena dianggap melanggar hukum. Akibat ultimatum ini, para ulama
kebanyakan terpaksa memberikan dukungan simbolis melalui pendaftran
"partisipasi terbatas" dengan harapan nantinya bisa disusun kembali
kurikulum yang mampu mengurangi intervensi dari pemerintah.
PHILIPINA
Islam
masuk ke wilayah Philipina Selatan khususnya kepulauan Mindanao dan Sulu pada
tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Syarif Aulia karim Al
Makhdum dan Raja Baginda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan Islam
di kepulauan tersebut.
Dilihat
dari segi politik, politik Philipina bergeser kea rah yang banyak melibatkan
peran gereja yang berujung pada proses Kristenisasi di basis wilayah Melayu
Muslim Moro. Fusi antara lembaga pemerintahan transisi dengan gereja ini,
walaupun tidak nyata secara struktual, namun Nampak bagaimana gereja katolik
telah banyak memainkan peran politik dengan mengatanamakan integrasi nasional.
Kebijakan
pemerintah Philipina dari periode satu dengan yang lain pada dasarnya tidak
berubah, yaitu: Pertama, pemerintah masih memegang pandangan colonial yaitu
"Moro yang baik adalah Moro yang mati". Kedua, kaum muslim adalah
penghambat pembangunan. Keempat, masalah mengintegrasikan mereka dalam arus
utama di tubuh politik nasional.
BAB
III
PENUTUP
Di
Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan,
karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara penduduknya, baik mayoritas
ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi
negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia
(penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil
penduduknya beragama Islam), Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea,
dan Republik Singapura (Muzani,
1991:
23).
Dari
segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara yang
mengaku sebagai Muslim. Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan satu-satunya
wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat Daya hingga Asia Selatan, yang
mempunyai penduduk Muslim terbesar. Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang
paling banyak pemeluk agama lslamnya. Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau
yang terletak di sebelah timur lndia sampai lautan Cina dan mencakup lndonesia,
Malaysia dan Filipina.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Sejarah
Islam Asia Tenggara, Drs. H. Suhaimi, M.Ag, Unri Press, Cetakan Kedua, 2010,
Pekanbaru.
Sejarah
Islam Asia Tenggara, Abd. Ghofur, M.Ag, UIN SUSKA RIAU, 2008.